Siapakah Khalid bin walid?
Khalid bin Walid RA wafat pada 18 Ramadhan 21 Hijriyah. Khalid bin Walid merupakan seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur. Khalid mendapat julukan “Pedang Allah yang Terhunus”.
Baca Juga Hamzah bin Abdul muthallib – singa rasulullah

Detik detik Mualafnya Khalid bin walid
Dalam rombongan Rasulullah, turut pula Al Walid Bin Walid yang merupakan saudara dari Khalid bin Walid. Al Walid telah lebih dahulu masuk Islam.
Kemudian Al Walid bercerita, bahwa Rasulullah berkata, “Andaikan Khalid menggunakan kehebatan dan ketangguhannya bersama kaum Muslimin, tentu itu akan menjadi hal yang lebih baik baginya”.
Pada akhirnya Allah SWT telah menetapkan Khalid untuk masuk ke dalam agama yang mulia ini. Setelah mengikuti beberapa perang dengan melawan Rasulullah ﷺ, Khalid bertanya kepada Nabi.
“Apakah Allah akan mengampuni dosaku selama ini yang telah menentang Islam?” Rasulullah pun berkata, “Islam akan menghapus segala dosa yang telah berlalu”.
Berjuangnya Khalid bin walid dan para kaum Muslimin
Khalid pun berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah aku.” Rasulullah kemudian berdoa, “Ya Allah, ampunkanlah Khalid atas segala perbuatannya yang menghalangi manusia dari jalanMu.”
Khalid pun terus berjuang di jalan Allah SWT dengan berbagai macam perang yang dia ikuti. Khalid bin Walid pernah dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hirah. Kemudian Khalid bin Walid diperintahkan Abu Bakar meninggalkan Irak untuk membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid.
Akhir dari Khalid bin walid
Sampai pada akhirnya Khalid pun wafat, dan tidak dalam keadaan berperang. Sebelum meninggal, Khalid RA berkata di atas tempat tidurnya bahwa dia akan meninggal secara wajar.
وما في جسدي شبر إلا وفيه ضربة بسيف ، أو رمية بسهم ، وها أنا أموت على فراشي حتف أنفي كما يموت العير فلا نامت أعين الجبناء
“Aku telah mengikuti perang ini dan itu, sampai-sampai pada tubuhku tidak ada tempat sejengkal pun melainkan terdapat bekas sayatan pedang, tusukan tombak, dan luka akibat terkena panah.
Kini aku akan meninggal di atas tempat tidurku secara wajar, sebagaimana matinya seekor unta. Maka dari itu, mata para pengecut tidak akan terpejam.”